Judul Jurnal (SNA 14) : Pengaruh Modal Intelektual Dan Pengungkapan Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan
Penulis : Wahyu Widarjo (Universitas Tunas Pembangunan Surakarta)
PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis modern modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannnya dalam laporan keuangan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Selain itu, penelitian mengenai modal intelektual dapat membantu Bapepam dan Ikatan Akuntan Indonesia menciptakan standar yang lebih baik dalam pengungkapan modal intelektual.
Di Indonesia fenomena mengenai modal intelektual mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud (Yuniasih et al., 2010). Dalam PSAK No. 19 disebutkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007).
Belkaoui (2003) dan Firrer dan Williams (2003) menyatakan praktik akuntansi konservatime menekankan bahwa investasi perusahaan dalam modal intelektual yang disajikan dalam laporan keuangan dihasilkan dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Jika pasarnya efisien, maka semakin tinggi modal intelektual perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan investor akan memberikan nilai yang tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih besar (Yuniasih et al., 2010).
Hipotesis
- H1: Modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana.
- H2: Pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana pada tahun 1999 sampai 2007. Pengambilan sampel pada periode ini didasarkan pada kondisi perekonomian indonesia, dimana pada tahun sebelum dan sesudahnya terjadi krisis keuangan global. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Sekaran, 2006). Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Seluruh saham yang ditawarkan kepada publik merupakan saham perdana.
- Perusahaan termasuk dalam jenis industri perbankan, telekomunikasi, elektronik, komputer dan multimedia, automotif, dan farmasi, karena jenis industri ini memiliki aset modal intelektual yang intensif (Firrer dan William, 2003 dalam Sir et al., 2010).
[wpfilebase tag=file path=’sna14/032.pdf’ /]