Simposium Nasiona Akuntansi 9 Padang
PENGARUH MODERASI SIZE TERHADAP HUBUNGAN LABA KONSERVATISMA DENGAN NERACA KONSERVATISMA
Kiryanto dan Edy Suprianto
Abstract
This research hypothesis and find that : the first, earnings conservatism, the tendency of firms to recognize bad news in earnings on a more timely basis than good news, is substantially greater in portfolios of firms with lower price-to-book ratios than in portfolios of firms with higher price-to-book ratios. Second, the negative association between earnings conservatism and the price-to-book ratios and third, the association between earnings conservatism and the price-to-book ratios have moderated to size of firms.
Keywords : accounting conservatism, earnings, returns, and price-to-book
Simposium Nasiona Akuntansi 9 Padang
1. Latar Belakang Masalah
Konservatisma sampai sekarang tetap mempunyai peran penting dalam praktik akuntansi. Definisi akuntansi konservatisma umum yang digunakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban (Hendriksen, 1992). Sedangkan Watts (1993) mendefinisikan konservatisma sebagai konsep untuk menunda pengakuan terhadap arus kas masa mendatang.
Konservatisma merupakan konsep akuntansi yang kontroversial. Banyak kritik mengenai kegunaan suatu laporan keuangan jika penyusunannya dengan menggunakan metode yang sangat konservatif. Laporan akuntansi yang dihasilkan dengan metoda yang konservatif cenderung bias dan tidak mencerminkan realita. Monahan (1999) menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut sama sekali tidak berguna karena tidak dapat mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya.
Watts (1993) berpendapat bahwa konservatisma tidak dapat dilepaskan dari efficient contracting theory. Berdasarkan efficient contracting theory maka konservatisma menyatakan bahwa besarnya laba yang diantisipasi merupakan fungsi langsung dari kemampuan perusahaan dalam mengestimasi laba perusahaan di masa yang akan datang. Secara intuitif prinsip konservatisma ini bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi pada masa mendatang (SFAC No. 1).
Apabila laba konservatisma tersebut didasarkan pada efisiensi kontrak maka kekayaan (neraca) juga akan konservatisma sehingga laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menambah kekayaan pemilik (modal). Sehingga apabila laba yang diperoleh berasal dari laba yang konservtif maka kekayaan perusahaan (neraca) juga akan bersifat konservatif juga. Namun, laba yang konservatif tidak dapat dilepaskan dari pemilihan metode-metode akuntansi yang digunakan oleh manajemen. Pemilihan metode akuntansi yang konservatif tidak terlepas dari kepentingan pihak manajemen untuk memaksimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kesejahteraan pemegang saham.