Penelitian mengenai Pengaruh Nilai Personal Terhadap
ini dilakukan oleh Lisa Martiah Nila Puspita dan Rifaatul Khoiriyah dari Universitas Bengkulu, serta Lukluk Fuadah dari Universitas Sriwijaya.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi Budgetary Slack dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal individu. Di antara faktor internal yang dimaksud adalah nilai personal.
Nilai-nilai personal memberikan efek terhadap pertimbangan penalaran moral yang menyebabkan individu merespon secara berbeda terhadap berbagai situasi. Tinggi rendahnya nilai personal yang dimiliki individu akan mempengaruhi besar kecilnya slack yang terjadi. Salah satu hasil riset mereka menunjukkan bahwa slack semakin besar tercipta saat individu memiliki nilai personal yang cenderung mendahulukan kepentingan pribadi. Hal ini disebabkan karena individu condong akan berfikir mengenai kepentingan dirinya saja tanpa peduli akan dampak yang terjadi akibat perilaku tersebut.
Penelitian kali ini menggunakan instrumen yang mengukur Budgetary Slack yang sesungguhnya diciptakan, dan bukan berdasarkan persepsi atau kecenderungan ingin melakukan semata sebagaimana halnya dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu. Instrumen yang digunakan mengacu pada instrumen Steven (2002) yang dinilai dari hasil tugas yang didesain oleh Puspita, (2014) yang merupakan modifikasi instrumen yang dibangun oleh Drake, et al., (2007). Instrumen tersebut berupa tugas menerjemahkan sandi huruf ke dalam angka dan melakukan kalkulasi seperti halnya yang biasa dilakukan oleh seorang akuntan.
Selain itu, penelitian ini mengukur pengaruh nilai personal individu dengan menggunakan tiga tipe nilai personal yang dikembangkan oleh Schwartz (2006) dari sepuluh tipe yang ada. Peneliti hanya mengambil tiga tipe Nilai Achievement, Nilai Power, dan Nilai Tradition. Nilai Achievement dan Nilai Power, keduanya menekankan pada superioritas dan harga diri. Subordinates yang berperilaku mementingkan kepentingan pribadi cenderung melakukan Budgetary Slack agar kinerjanya terlihat baik. Ada suatu kebanggaan tersendiri bila memiliki keberhasilan dalam pencapaian status sosial serta mendapatkan pengakuan dari manajer. Nilai tradition cenderung menekankan pentingnya aturan-aturan sosial, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Menurut Hobson, et al. (2011) bawahan yang mempunyai nilai tradition cederung menghindari Budgetary Slack.
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa Nilai achievement berpengaruh positif terhadap Budgetary Slack. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar atau semakin tinggi nilai achievement dari diri seorang bawahan dalam melakukan proses produksi, maka akan semakin tinggi pula Budgetary Slack yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang kedua dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa nilai power berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Hasil ini menunjukkan bahwa besar kecilnya budgetary slack yang dilakukan oleh seorang bawahan, dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai power seseorang.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi berganda hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tradition berpengaruh negatif terhadap Budgetary Slack. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai tradition seseorang, maka semakin kecil Budgetary Slack yang terjadi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan seorang manajer perusahaan di bidang sumber daya manusia atau bidang personalia untuk menanamkan nilai-nilai yang penting dalam organisasi, sehingga baik kepentingan individu maupun kepentingan organisasi dapat berjalan selaras (goal congruence). Dengan memahami nilai personal individu yang terlibat dalam kegiatan penganggaran dapat mengurangi terjadinya Budgetary Slack di dalam perusahaan.
Namun penelitian ini masih mengandung keterbatasan. Dari 10 nilai personal yang dijelaskan oleh Schwartz (2006), hanya 3 yang dianggap relevan dengan penyusunan anggaran. Dari pengukuran reliabilitas ketiga nilai personal tersebut diperoleh hasil yang cenderung masih rendah yang menunjukkan kurangnya daya korelasi antar item-item pertanyaan kuesioner.
Untuk itu disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk memperbaiki atau mereview ulang kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini penting untuk meningkatkan reliabilitas instrumen penelitian itu sendiri, terutama untuk variabel nilai personal.
*) Penelitian ini dipublikasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XVIII (SNA 18)