REKONSTRUKSI KONSEP AKUNTABILITAS ORGANISASI GEREJA – SNA 14




  • Judul Jurnal : REKONSTRUKSI KONSEP AKUNTABILITAS ORGANISASI GEREJA: (Studi Etnografi Kritis Inkulturatif pada Gereja Katolik di Tana Toraja)

    Penulis: Fransiskus Randa (Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makassar)

    Catatan : Abstrak diterjemahkan dengan Google Translate, teks asli dalam bahasa Inggris

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan praktik akuntabilitas yang dipahami oleh para stakeholder, menjelaskan praktek akuntabilitas dalam beberapa dimensi akuntabilitas dan untuk merekonstruksi konsep akuntabilitas dalam kerangka budaya lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif, metode etnografi dan informan rakyat dan pejabat Gereja. Analisis data dilakukan dengan interpretasi, deskripsi dan rekonstruksi. Hasil deskripsi dan makna pada dimensi spiritual ditemukan bahwa makna akuntabilitas spiritual dilakukan sepenuhnya oleh penderita melakukan kegiatan keagamaan, memberi persembahan sebagai ungkapan iman dan memilih panggilan hidup bakti.

    Pada dimensi kepemimpinan menemukan bentuk kepemimpinan yang menempatkan akuntabilitas bentuk pelayanan. Namun di sisi lain ada paradoks kecenderungan ambivalen dari manajemen terpusat dari organisasi untuk mengamankan ajaran Kristologi dan mengabaikan dimensi yang menempatkan partisipasi elemen anggota dan keterlibatan masyarakat. Sementara itu, pada dimensi manajemen properti gerejawi pada setiap tingkat dalam organisasi Gereja Katolik menunjukkan belum maksimal, sehingga menimbulkan praktek ketidakjujuran dalam mempersiapkan laporan itu .. Hal ini disebabkan oleh terlalu banyak otoritas di tangan para pemimpin organisasi Gereja dan kurangnya peran Dewan Keuangan .. Pada tahap rekonstruksi konsep akuntabilitas, rekonstruksi dilakukan dengan menempatkan Gereja sebagai tongkonan, di mana anggota (toma’rapu) terikat dalam dan luar bangunan sebagai tongkonan Kristus Gereja di dimensi ketiga akuntabilitas.

    Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa organisasi Gereja Katolik termasuk organisasi ekspresif terhadap praktek akuntabilitas karena dominasi kekuasaan oleh para pemimpinnya. Di sisi lain rekonstruksi konsep akuntabilitas dalam budaya lokal sebagai Tongkonan akulturatif Kristus dapat dikembangkan dalam membangun organisasi gereja lokal lebih akuntabel.

    Kata Kunci: akuntabilitas, inkulturasi, Gereja, spiritual, kepemimpinan, harta benda Gerejawi, tongkonan,

    1. PENDAHULUAN

    Latar Belakang Penelitian
    Desakan dari para stakeholder akan pentingnya pelaksanaan akuntabilitas dengan menjalankan prinsip-prinsip good governance yang meliputi transparansi dan rasa keadilan di dalam setiap organisasi merupakan fenonema yang harus dicermati oleh setiap organisasi agar organisasi tersebut dipercaya oleh para stakeholder. Dalam seminar akuntabilitas ORNOP2 menyimpulkan bahwa akuntabilitas kepada stakeholder menjadi kebutuhan bagi setiap ORNOP jika ingin tetap mendapat kepercayaan dari mitranya.

    Organisasi Gereja pada umumnya dan Gereja Katolik pada khususnya sebagai salah satu organisasi publik non pemerintah pada bidang keagamaan, juga tidak luput dari berbagai kritik dan tuntutan agar Gereja terbuka dan melaksanakan praktik akuntabilitas. Selama ini organisasi Gereja Katolik dianggap tidak transparan dan tertutup terhadap praktik manajemen modern. Menurut Berry (2005), organisasi Gereja resisten terhadap praktik akuntabilitas karena kuatnya pengaruh para pemimpin dan tradisi dalam organisasi Gereja. Kondisi tersebut menyebabkan kasus-kasus penyelewengan dalam Gereja Katolik tidak banyak diketahui dan cenderung ditutup rapat-rapat agar tidak menjadi komsumsi publik (Rahardi, 2007). Dengan demikian menarik untuk dikaji guna membuka selubung praktik akuntabilitas dalam Gereja Katolik.

    Akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik non pemerintah termasuk organisasi Gereja sangat dibutuhkan karena setiap organisasi mempunyai keterkaitan dengan pihak internal dan eksternal organisasi. Gray et al. (2006) mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan hak masyarakat atau kelompok dalam masyarakat yang timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat. Pada sisi lain akuntabilitas merupakan hak dan kewajiban organisasi (Lehman, 1999, 2005), namun dalam praktiknya di Non Government Organization (NGO) masih sangat lemah (Fries, 2003 dan Brown & Moore, 2001).

    Penelitian akuntansi dan akuntabilitas dalam NGO Gereja telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti: Laughlin (1988 & 1990), Booth (1993), Duncan et al. (1999), Lightbody ( 2000 & 2001), Jacobs & Walker (2000), Duncan & Flesher (2002) dan Berry (2005). Penelitian secara khusus tentang akuntabilitas spiritual dalam Gereja khususnya dalam Gereja Protestan dilakukan oleh Jacobs dan Walker (2000) yang meneliti praktik akuntabilitas di lingkungan Gereja komunitas IONA3 dan Saerang (2001) yang meneliti komunitas Gereja Pentakosta di Indonesia. Penelitian Jacobs dan Walker (2000) menemukan kegiatan keseharian komunitas IONA ditentukan oleh aturan kristiani. ….

    [wpfilebase tag=file path=’sna14/008.pdf’ /]

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.