Iklan

REKONSTRUKSI TEKNOLOGI INTEGRALISTIK AKUNTANSI SYARI’AH: SHARI’ATE VALUE ADDED STATEMENT




  • Simposium Nasiona Akuntansi 9 Padang

    REKONSTRUKSI TEKNOLOGI INTEGRALISTIK AKUNTANSI SYARI’AH:
    SHARI’ATE VALUE ADDED STATEMENT

    Aji Dedi Mulawarman
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Brawijaya

    Iwan Triyuwono
    Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

    Unti Ludigdo
    Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

    Abstract

    The objective of the research is to formulate Shari’ate Value Added Statement. Formulation is conducted by utilising Integrated Islamic Hyperstructuralism Methodology. In that methodology, conventional concept of value added and Baydoun and Willett’s (1994) concept of value added are refined by Shari’ate Accounting. The result is then refined by (Islamic) Technosystem to generate Shari’ate Value Added Statement.

    The major result shows that zakat becomes a substance of Shari’ate Value Added. This means that Shari’ate Value Added is actually economic (physical) value added (zaka) which is always purificated spiritually (tazkiyah). The purificated economic value added (zaka) is called as zakka (or it is the same as Shari’ate Value Added). Both zakka and tazkiyah is extracted from the values and concepts of Abdullah and Khalifatullah fil ardh.

    The consequence of the major result are: (1) that the sources of value added in the Shari’ate Value Added Statement should be acquired based on God’s commands (halal, thoyib and eliminating riba), and (2) the distributions of the value added should be based on mashlaha and ‘Adalah (God’s Justice).

    Keywords: Integrated Islamic Hyperstructuralism Methodology, Shari’ate Value Added, Shari’ate Value Added Statement, Tazkiyah, Abd’ Allah, Khalifatullah fil Ardh.

    1. PENDAHULUAN

    Berdasar review beberapa penelitian empiris Ratmono (2004), Syafei, et.al. (2004), Hameed dan Yaya (2003b), Triyuwono (2000a), Sulaiman (1998; 2001), praktik dan teknologi akuntansi di lembaga bisnis berbasis syari’ah masih mengadopsi filosofi, teori, dan konsep Barat yang kapitalistik, sekuler, antroposentris dan mementingkan laba. Dirasakan mendesak menurunkan konsep filosofis-teoritis akuntansi syari’ah (selanjutnya disingkat AS) sampai aspek teknologinya. Mengkonstruk bentuk laporan keuangan AS berdasar konsep filosofis-teoritis sebenarnya sudah mulai dilakukan. Diantaranya dilakukan Gambling dan Karim (1991, 130-135) yang menjadikan Chamber’s Continously Contemporary Accounting sebagai dasar pembentukan neraca. Baydoun dan Willet (1994) mendesain Islamic Corporate Reports (ICR’s) yang terdiri dari cashflow statement, current value ballance sheet dan value added statement (disebut VAS4). Khusus berkaitan laporan laba rugi yang lebih cocok adalah VAS (Baydoun dan Willet 1994; 2000; Sulaiman 2001; Triyuwono 2000b; Triyuwono 2001; Sulaiman dan Willet 2003; Triyuwono 2004), karena cenderung pada prinsip-prinsip pertanggungjawaban sosial. Dalam VAS informasi laba bersih diperoleh perusahaan sebagai value added (VA) yang kemudian didistribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan VA.

    Tetapi VAS menurut Hameed dan Yaya (2003a) belum cukup memadai sebagai bentuk informasi akuntansi yang Islami. VAS belum memberi ruang pertimbangan Halal kecuali hanya mementingkan aspek distribusi dari sumber daya. Lebih fundamental berkaitan akuntabilitas berdasar konsep Shari’ate Enterprise Theory (Triyuwono 2002b) belum muncul sebagai konsep dasar VAS. Di samping itu dalam proses investasi perusahaan untuk memenuhi kecukupan modalnya muncul bentuk penambahan biaya modal yang berhubungan dengan konsep time value of money (interest).


    Download via ziddu.com

    Iklan

    Tinggalkan Balasan

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.