Iklan

MANAJEMEN LABA DAN TUNNELING MELALUI TRANSAKSI PIHAK ISTIMEWA DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA




  • Buku Manajemen Laba - Teori dan Model Empiris
    Buku Manajemen Laba – Teori dan Model Empiris

    JUDUL JURNAL (SNA 14) : MANAJEMEN LABA DAN TUNNELING MELALUI TRANSAKSI PIHAK ISTIMEWA DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA

    Penulis Jurnal : Aaron Guing dan Aria Farahmita (Universitas Indonesia)

    Pendahuluan

    Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan munculnya banyak investor maupun perusahaan publik baru. Dalam proses Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana disyaratkan penerbitan suatu prospektus, yang diharapkan dapat memberi informasi bagi investor sebelum berinvestasi. Namun, terbatasnya informasi yang dimiliki investor yang bersumber dari prospektus mengenai kondisi perusahaan akan menimbulkan asimetri informasi. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor. Terlebih lagi prospektus hanya menyediakan laporan keuangan tiga tahun sebelum IPO (Teoh et al., 1998). Kondisi inilah yang sering membuat manajer memanfaatkan kesempatan untuk melakukan manajemen laba.

    Manajemen laba adalah intervensi manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai kepentingannya (Scott, 2009). Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui transaksi pihak-pihak yang punya hubungan istimewa (Related party transaction – RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan anak perusahaan (McKay, 2002). RPT dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan anak ke induk (Cheung et al., 2006). Contoh, Coca-Cola pernah memanfaatkan RPT dengan mempengaruhi pihak pembuat botolnya untuk membebankan harga botol yang lebih rendah agar Harga Pokok Penjualan Coca-Cola turun dan laba Coca-Cola meningkat (McKay, 2002). Penelitian Geriesh (2003) juga menemukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi lebih banyak melibatkan RPT.

    Hipotesis

    • H1a: Kenaikan transaksi RP Sales pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO.
    • H1b: Kenaikan transaksi RP Purchases pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO.
    • H2a: Kenaikan transaksi RP Sales pada periode sebelum IPO berhubungan negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
    • H2b: Kenaikan transaksi RP Purchases pada periode sebelum IPO berhubungan positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
    • H2c: Kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berhubungan negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.

    Data dan Sampel

    Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang masih terdaftar di BEI sampai tanggal 31 Desember 2009. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, adapun kriterianya adalah:
    1. Perusahaan yang IPO dari tahun 1998 sampai tahun 2006.
    2. Perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi industri Food, Basic Industries including Petroleum, Construction, Textiles and Trade, Consumer Durables, dan Transportation menurut Standard Industrial Classification (SIC).
    3. Perusahaan yang memiliki minimal satu transaksi yang tergolong sebagai transaksi dengan pihak hubungan istimewa kategori penjualan atau pembelian.

    [wpfilebase tag=file path=’sna14/034.pdf’ /]

    Iklan

    Tinggalkan Balasan

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.