Keefektifan Monitoring Control dan Penalaran Moral Individu dalam De-eskalasi Komitmen
Keefektifan Monitoring Control dan Penalaran Moral Individu
dalam De-eskalasi Komitmen
Herlina Rahmawati Dewi (Universitas Islam Indonesia)
Supriyadi (Universitas Gadjah Mada)
PENDAHULUAN
Beberapa penelitian empiris telah memberikan bukti bahwa manajer cenderung untuk melanjutkanproyek investasi meskipun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa proyek investasi tersebut ternyatatidak memberikan keuntungan (lihat Staw, 1976; Bowen, 1987; Harrison dan Harrell, 1993, 1994;Schulz dan Cheng, 2002). Penyebab bias perilaku yang tampaknya tidak masuk akal adalah karenamanajer berusaha membenarkan (berkomitmen) atas tindakan atau keputusan yang telah mereka pilihdi masa lalu (misalnya Staw, 1976 dan Schulz dan Cheng, 2002). Bazerman (1994) menyebut perilakuseperti ini sebagai eskalasi komitmen tidak rasional (nonrational escalation of commitment). Penelitian ini menguji dampak keberadaan secara bersamaan dua elemen adverse selection,yaitu kesempatan untuk melalaikan kepentingan perusahaan (incentive to shirk) dan kepemilikaninformasi privat, terhadap tendensi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen tidak rasional.Kedua, penelitian ini menguji keefektifan proses pengawasan dengan pemantauan (monitoringcontrol) dalam desain sistem pengendalian perusahaan terhadap perilaku eskalasi komitmen manajer ketika terjadi kondisi adverse selection. Terakhir, penelitian ini mengevaluasi peran tingkat moral manajer terhadap proses pengambilan keputusan ekonomi pada kondisi adverse selection, dan keefektifan monitoring control sebagai strategi de-eskalasi manajer dengan tingkat penalaran moral rendah.
Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen laboratoris berbasis website untuk menguji perbedaan keputusan evaluasi proyek yang dilakukan manajer ketika terdapat perbedaan kondisi adverse selection dan monitoring control yang diterima, serta perbedaan tingkat penalaran moral manajer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajer yang mengalami kondisi adverse selection menunjukkan tendensi yang lebih besar untuk melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan daripada manajer yang tidak mengalami kondisi tersebut. Hasil tersebut selaras dengan penelitian Harrel dan Harrison (1994) yang menunjukkan bahwa hanya manajer yang memiliki informasi privat dan insentif untuk melalaikan kepentingan perusahaan (adverse selection) yang memiliki tendensi untuk melakukan eskalasi komitmen. Namun demikian, penelitian ini belum dapat memberikan dukungan empiris bahwa monitoring control dan tingkat penalaran moral individu mempengaruhi tendensi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen. Penelitian ini berkontribusi terhadap literatur eskalasi komitmen secara lebih komprehensif dengan mengevaluasi fenomena eskalasi komitmen dari aspek penyebab, strategi de-eskalasi, dan peran penalaran moral individu.
Secara keseluruhan makalah ini diorganisasikan sebagai berikut. Setelah bagian pendahuluan ini secara berurutan dibahas kajian literatur dan pengembangan hipotesis, metoda penelitian eksperimen, hasil penelitian, dan diskusi hasil penelitian. Bagian akhir makalah ini menyajikan simpulan dan keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
Hipotesis
H1: Manajer proyek yang mengalami kondisi adverse selection (memiliki informasi privat dan insentif untuk melalaikan kepentingan perusahaan), akan menunjukkan tendensi yang lebih besar untuk melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan dibandingkan manajer yang tidak mengalami kondisi tersebut.
H2: Manajer proyek yang diberikan pengawasan dengan pemantauan (monitoring control) oleh organisasi akan memiliki tendensi yang lebih besar untuk tidak melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan manajer yang tidak mendapatkan monitoring control dari perusahaan.
H3a: Manajer proyek yang mengalami kondisi adverse selection, akan memiliki tendensi yang lebih besar untuk tidak melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan ketika organisasi melakukan pengawasan dengan pemantauan (monitoring control) dibandingkan ketika organisasi tidak melakukan monitoring control.
H3b: Ketika tidak ada kondisi adverse selection, maka tidak ada perbedaan tendensi manajer untuk tidak melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan ketika organisasi melakukan pengawasan dengan pemantauan (monitoring control) dan ketika organisasi tidak melakukan monitoring control.
H4: Pada kondisi adverse selection, tendensi manajer untuk melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan akan lebih besar untuk manajer dengan tingkat penalaran moral rendah dibandingkan manajer dengan tingkat penalaran moral tinggi.
H5: Pada kondisi adverse selection, manajer proyek dengan tingkat penalaran moral/etika rendah akan memiliki tendensi untuk tidak melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan ketika terdapat monitoring control dibandingkan manajer proyek dengan tingkat penalaran moral/etika rendah yang tidak mendapatkan monitoring control.
Tinggalkan Balasan